Jam Tangan Mewah untuk Timnas Dikritik, Eks Atlet Wushu Sebut Tak Adil bagi Atlet Non-Sepak Bola

Pada Juni 2025, pemberian jam tangan mewah merek Rolex kepada para pemain Timnas Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto menuai sorotan publik. Hadiah tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke babak playoff Kualifikasi Piala Dunia 2026. Namun, langkah ini memicu kritik dari berbagai pihak, terutama dari kalangan atlet non-sepak bola. Salah satunya adalah Lindswell Kwok, mantan atlet wushu nasional, yang menilai bahwa apresiasi tersebut mencerminkan ketimpangan dalam penghargaan terhadap prestasi atlet dari cabang olahraga selain sepak bola.
1. Hadiah Jam Tangan Mewah untuk Timnas
Pada tanggal 6 Juni 2025, Presiden Prabowo Subianto mengundang para pemain Timnas Indonesia ke kediamannya untuk jamuan makan. Dalam kesempatan tersebut, beliau memberikan hadiah berupa jam tangan mewah merek Rolex kepada seluruh pemain sebagai bentuk apresiasi atas prestasi mereka mengalahkan China dan melaju ke babak playoff Kualifikasi Piala Dunia 2026 .
Jam tangan yang diberikan merupakan model GMT-Master II dengan harga sekitar Rp 193 juta. Material jam tersebut menggunakan Oystersteel yang dikembangkan khusus oleh Rolex, serta dilengkapi dengan bezel dua warna dan gelang jenis Jubilee . Pemberian hadiah ini mendapat perhatian luas di media sosial, dengan banyak pemain yang membagikan momen tersebut melalui akun pribadi mereka.
2. Kritik dari Lindswell Kwok dan Atlet Non-Sepak Bola
Lindswell Kwok, mantan atlet wushu Indonesia yang telah meraih berbagai prestasi internasional, menyatakan keprihatinannya terhadap ketimpangan apresiasi terhadap atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Menurutnya, pemberian hadiah mewah kepada pemain sepak bola mencerminkan adanya kesenjangan dalam penghargaan terhadap prestasi atlet dari cabang lain yang juga berprestasi.jabaribernews.com+1harianmerapi.com+1
Sebagai contoh, Timnas Wushu Indonesia berhasil meraih peringkat kedua di Kejuaraan Dunia Wushu Junior 2024 di Brunei dengan total 10 medali emas, 10 perak, dan 9 perunggu . Namun, apresiasi yang diterima oleh atlet wushu tidak sebanding dengan yang diterima oleh pemain sepak bola. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dalam sistem penghargaan terhadap prestasi atlet di Indonesia.
3. Apresiasi terhadap Prestasi Atlet Wushu
Meskipun apresiasi terhadap atlet wushu tidak sebesar yang diterima oleh pemain sepak bola, prestasi yang diraih oleh Timnas Wushu Indonesia patut diacungi jempol. Selain peringkat kedua di Kejuaraan Dunia Wushu Junior 2024, Timnas Wushu Indonesia juga berhasil meraih 24 medali di ajang 1st China-ASEAN Wushu Championship 2024, dengan rincian 11 emas, 7 perak, dan 6 perunggu .
Atlet seperti Kiemas Sakti Negara juga mencatat sejarah dengan menjadi peraih medali emas pertama di nomor sanda junior pada Kejuaraan Dunia Wushu Junior 2024 . Prestasi-prestasi ini menunjukkan bahwa atlet wushu Indonesia memiliki kemampuan dan dedikasi yang tinggi, meskipun seringkali kurang mendapatkan perhatian yang layak.
4. Tanggapan dari Pihak Terkait
Menanggapi kritik tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo menjelaskan bahwa pemberian hadiah kepada pemain Timnas Indonesia merupakan bentuk apresiasi pribadi dari Presiden Prabowo Subianto dan tidak mencerminkan perlakuan istimewa terhadap cabang olahraga tertentu .
Namun, penjelasan tersebut tidak sepenuhnya mengatasi perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Banyak pihak berharap agar ke depannya, apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil, tanpa memandang cabang olahraga.
5. Kesimpulan
Pemberian jam tangan mewah kepada pemain Timnas Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto menyoroti ketimpangan dalam apresiasi terhadap prestasi atlet di Indonesia. Meskipun langkah tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi Timnas, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dalam sistem penghargaan terhadap atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Diharapkan ke depannya, sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil, sehingga semua atlet, tanpa terkecuali, mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih.
Sebagai langkah awal, perlu adanya dialog antara pemerintah, federasi olahraga, dan atlet untuk mencari solusi atas ketimpangan ini. Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan sorotan yang seimbang terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga, sehingga masyarakat dapat lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada.
6. Ketimpangan dalam Sistem Apresiasi
Pemberian hadiah mewah kepada pemain Timnas Indonesia menyoroti ketimpangan dalam sistem apresiasi terhadap atlet dari berbagai cabang olahraga. Meskipun sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia, prestasi atlet dari cabang lain seperti wushu juga patut mendapatkan penghargaan yang setimpal. Ketimpangan ini mencerminkan kurangnya perhatian terhadap keberagaman prestasi olahraga di tanah air.
7. Peran Media dalam Meningkatkan Apresiasi
Media memiliki peran penting dalam meningkatkan apresiasi terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga. Dengan memberikan sorotan yang seimbang, media dapat membantu masyarakat untuk lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada. Hal ini diharapkan dapat mendorong perubahan dalam sistem penghargaan terhadap atlet di Indonesia.
8. Harapan untuk Masa Depan
Ke depannya, diharapkan sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil. Semua atlet, tanpa terkecuali, harus mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih. Dengan adanya perhatian dan apresiasi yang lebih merata, diharapkan prestasi olahraga Indonesia dapat semakin berkembang dan membawa kebanggaan bagi bangsa.
9. Kesimpulan
Pemberian jam tangan mewah kepada pemain Timnas Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto menyoroti ketimpangan dalam apresiasi terhadap prestasi atlet di Indonesia. Meskipun langkah tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi Timnas, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dalam sistem penghargaan terhadap atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Diharapkan ke depannya, sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil, sehingga semua atlet, tanpa terkecuali, mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih.
Sebagai langkah awal, perlu adanya dialog antara pemerintah, federasi olahraga, dan atlet untuk mencari solusi atas ketimpangan ini. Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan sorotan yang seimbang terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga, sehingga masyarakat dapat lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada.
10. Perbandingan Apresiasi Atlet Sepak Bola dan Non-Sepak Bola
Perbandingan antara apresiasi yang diterima oleh atlet sepak bola dan non-sepak bola mencerminkan ketimpangan dalam sistem penghargaan olahraga di Indonesia. Sebagai contoh, atlet bulu tangkis Indonesia, seperti Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, menerima bonus besar dari pemerintah dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) setelah meraih medali di Asian Games 2018. Namun, atlet dari cabang olahraga lain, seperti angkat besi dan tinju, sering kali kurang mendapatkan perhatian dan penghargaan yang setimpal dengan prestasi mereka .bolasport.com+1alinea.id+1alinea.id
Ketimpangan ini juga terlihat dalam pemberian bonus. Atlet yang berprestasi di ajang multievent seperti Olimpiade dan Asian Games biasanya mendapatkan bonus yang lebih besar dibandingkan dengan atlet yang berprestasi di ajang single event. Padahal, menurut Permenpora Nomor 1684 Tahun 2015, setiap atlet berhak mendapatkan bonus jika memenuhi syarat tertentu .alinea.id+1kemenpora.go.id+1
11. Peran Pemerintah dalam Menyediakan Dukungan Berkelanjutan
Pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan dukungan berkelanjutan bagi atlet. Selain memberikan bonus atas prestasi, pemerintah perlu menyediakan program pasca-karier bagi atlet, seperti pelatihan keterampilan dan jaminan pensiun. Hal ini penting mengingat banyak atlet yang menghadapi kesulitan setelah pensiun dari dunia olahraga.kompasiana.com
Sebagai contoh, pemerintah memberikan bonus kepada atlet Paralimpiade Paris 2024 sebagai bentuk apresiasi atas prestasi mereka. Namun, dukungan tersebut perlu diikuti dengan program berkelanjutan yang membantu atlet dalam transisi ke kehidupan setelah karier olahraga mereka .alinea.id+2bolaskor.merahputih.com+2detik.com+2kompasiana.com
12. Kesetaraan dalam Pembinaan dan Penghargaan Atlet Disabilitas
Pemerintah Indonesia telah mendapatkan apresiasi dari negara-negara ASEAN atas kesetaraan dalam pembinaan dan penghargaan terhadap atlet disabilitas. Pada era Presiden Joko Widodo, pemberian bonus kepada atlet disabilitas setara dengan atlet non-disabilitas, tanpa ada perbedaan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai contoh bagi negara-negara lain dalam hal kesetaraan penghargaan bagi atlet .kemenpora.go.id+1bolaskor.merahputih.com+1
13. Peran Media dalam Meningkatkan Apresiasi terhadap Atlet Non-Sepak Bola
Media memiliki peran penting dalam meningkatkan apresiasi terhadap atlet dari berbagai cabang olahraga. Dengan memberikan sorotan yang seimbang, media dapat membantu masyarakat untuk lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada. Hal ini diharapkan dapat mendorong perubahan dalam sistem penghargaan terhadap atlet di Indonesia.
14. Harapan untuk Masa Depan
Ke depannya, diharapkan sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil. Semua atlet, tanpa terkecuali, harus mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih. Dengan adanya perhatian dan apresiasi yang lebih merata, diharapkan prestasi olahraga Indonesia dapat semakin berkembang dan membawa kebanggaan bagi bangsa.
15. Kesimpulan
Pemberian jam tangan mewah kepada pemain Timnas Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto menyoroti ketimpangan dalam apresiasi terhadap prestasi atlet di Indonesia. Meskipun langkah tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi Timnas, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dalam sistem penghargaan terhadap atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Diharapkan ke depannya, sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil, sehingga semua atlet, tanpa terkecuali, mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih.
Sebagai langkah awal, perlu adanya dialog antara pemerintah, federasi olahraga, dan atlet untuk mencari solusi atas ketimpangan ini. Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan sorotan yang seimbang terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga, sehingga masyarakat dapat lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada.
16. Perspektif Atlet Wushu: Kritik terhadap Ketimpangan Apresiasi
Atlet wushu Indonesia, seperti Edgar Xavier Marvelo, telah menunjukkan prestasi luar biasa di tingkat internasional. Marvelo, yang meraih tiga medali emas dalam satu edisi kejuaraan, menjadi atlet non-Tiongkok paling produktif dalam sejarah kejuaraan tersebut. Namun, meskipun prestasi gemilang ini, apresiasi terhadapnya sering kali kurang dibandingkan dengan atlet dari cabang olahraga lain, seperti sepak bola. Hal ini mencerminkan ketimpangan dalam sistem penghargaan terhadap atlet di Indonesia.kompas.com+1en.wikipedia.org+1en.wikipedia.org
17. Peran Media dalam Meningkatkan Apresiasi terhadap Atlet Non-Sepak Bola
Media memiliki peran penting dalam meningkatkan apresiasi terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga. Dengan memberikan sorotan yang seimbang, media dapat membantu masyarakat untuk lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada. Hal ini diharapkan dapat mendorong perubahan dalam sistem penghargaan terhadap atlet di Indonesia.
18. Harapan untuk Masa Depan
Ke depannya, diharapkan sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil. Semua atlet, tanpa terkecuali, harus mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih. Dengan adanya perhatian dan apresiasi yang lebih merata, diharapkan prestasi olahraga Indonesia dapat semakin berkembang dan membawa kebanggaan bagi bangsa.
19. Kesimpulan
Pemberian jam tangan mewah kepada pemain Timnas Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto menyoroti ketimpangan dalam apresiasi terhadap prestasi atlet di Indonesia. Meskipun langkah tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi Timnas, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keadilan dalam sistem penghargaan terhadap atlet dari cabang olahraga selain sepak bola. Diharapkan ke depannya, sistem apresiasi terhadap prestasi atlet dapat lebih merata dan adil, sehingga semua atlet, tanpa terkecuali, mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan usaha dan prestasi yang telah mereka raih.
Sebagai langkah awal, perlu adanya dialog antara pemerintah, federasi olahraga, dan atlet untuk mencari solusi atas ketimpangan ini. Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam memberikan sorotan yang seimbang terhadap prestasi atlet dari berbagai cabang olahraga, sehingga masyarakat dapat lebih menghargai keberagaman prestasi yang ada.
20. Dampak Psikologis Ketimpangan Apresiasi terhadap Atlet Non-Sepak Bola
Ketimpangan dalam penghargaan dan apresiasi terhadap atlet non-sepak bola tidak hanya berpengaruh pada aspek materi, tetapi juga berdampak pada kondisi psikologis atlet. Atlet dari cabang olahraga yang kurang populer sering merasa kurang dihargai dan termotivasi. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustrasi, penurunan semangat berlatih, dan bahkan berpotensi mengurangi prestasi mereka di ajang internasional.
Eks atlet wushu Edgar Xavier Marvelo pernah menyampaikan bahwa penghargaan yang tidak setara dapat memunculkan rasa ketidakadilan dan memperlebar jurang kesenjangan antar cabang olahraga. Dia menekankan bahwa semua atlet yang berprestasi harus mendapat perhatian yang layak dari pemerintah dan masyarakat.
21. Pentingnya Pengembangan Infrastruktur dan Pembinaan Atlet Non-Sepak Bola
Salah satu penyebab ketimpangan prestasi dan apresiasi adalah minimnya dukungan dari segi infrastruktur dan pembinaan untuk cabang olahraga non-sepak bola. Banyak cabang olahraga yang kurang mendapatkan fasilitas latihan yang memadai, pelatih berkualitas, dan dana yang cukup untuk mengikuti kompetisi internasional.
Pemerintah dan lembaga olahraga perlu mengalokasikan anggaran secara lebih adil dan transparan, tidak hanya fokus pada sepak bola saja. Dengan pengembangan infrastruktur yang baik, atlet non-sepak bola akan memiliki peluang yang sama untuk berprestasi di kancah nasional maupun internasional.
22. Peran Sponsor dan Dunia Usaha dalam Mendukung Atlet Non-Sepak Bola
Sponsor dan dunia usaha memiliki peran strategis dalam mendukung keberlanjutan karier atlet, terutama bagi cabang olahraga yang kurang populer. Sponsorship yang merata dan tidak hanya fokus pada sepak bola dapat membantu meningkatkan kualitas atlet dan eksposur cabang olahraga lainnya.
Perusahaan yang peduli dengan pengembangan olahraga nasional diharapkan dapat menjadi mitra strategis bagi atlet dari berbagai cabang, tidak hanya yang memiliki basis penggemar besar seperti sepak bola. Ini juga dapat membuka peluang pemasaran dan branding yang lebih luas dan beragam.
23. Studi Kasus: Apresiasi Atlet Sepak Bola vs Atlet Wushu
Sebagai contoh konkret, apresiasi terhadap Timnas Sepak Bola Indonesia yang baru saja menerima jam tangan mewah dari Presiden Prabowo Subianto sebagai hadiah atas prestasi mereka sangat kontras dengan atlet wushu yang berhasil menyabet medali emas di tingkat dunia namun hanya mendapatkan pengakuan yang minim.
Hal ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan, termasuk eks atlet wushu, yang menilai bahwa pemerintah dan masyarakat perlu memberikan penghargaan yang adil tanpa membedakan cabang olahraga. Kesetaraan penghargaan diharapkan dapat menjadi motivasi bagi semua atlet untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia.
24. Kesimpulan Akhir
Isu pemberian jam tangan mewah kepada pemain Timnas Indonesia yang menjadi perbincangan publik membuka mata tentang ketimpangan apresiasi atlet di Indonesia. Meskipun sepak bola adalah olahraga yang sangat populer, perhatian dan penghargaan terhadap atlet dari cabang olahraga lain tidak boleh diabaikan.
Diperlukan sinergi antara pemerintah, media, dunia usaha, dan masyarakat untuk membangun sistem penghargaan yang adil, merata, dan berkelanjutan. Dengan demikian, semua atlet Indonesia, baik dari sepak bola maupun cabang olahraga lainnya, dapat merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berprestasi demi bangsa.
baca juga : Ada Risiko di Balik Koperasi Desa Merah Putih? Begini Temuan Celios